Wednesday, February 24, 2016

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya (Nathan 9G/27)


Nathan 9G/27
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

 

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dimulai pada 28 Oktober 1945 dengan terjadinya insiden di Bank Internasional Jembatan Merah Surabaya yang menewaskan Brigjend Mallaby. Saat itu Pasukan Sekutu meminta agar pembunuh Brigjend Mallaby menyerahkan diri. Pada tanggal 9 November 1945 Pasukan Sekutu mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan agar semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletajan senjatanya di tempat yang telah ditentukan. Batas waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Rakyat Surabaya yang pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Soeryo menolak ultimatum tersebut sehingga Surabaya digempur dari darat, laut, dan udara. Saat itu pula Bung Tomo membakar semangat pejuang dengan pidato-pidatonya lewat stasiun radio di Jalan Mawar Nomor 4 Surabaya. Pertempuran terakhir terjadi di Gunung Sari tanggal 28 November 1945. Untuk Mengen kepahlawanan rakyat Surabaya, maka tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. (Buku PPKN untuk SMP kelas IX terbitan Quadra)

Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lannya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya.. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

Dampak peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya bagi perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia adalah berkobarnya semangat juang para pejuang apalagi dengan pidato-pidato yang dilontarkan Bung Tomo. Setelah kejadian itu, seperti artikel diatas, tanggal 10 November di Indonesia dijadikan sebagai Hari Pahlawan karena banyaknya korban yang jatuh dari pihak Indonesia maupun Sekutu.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya bukan hanya menyisakan sejarah yang kelam bagi Indonesia, namun juga menyisakan nilai-nilai yang positif bagi Indonesia. Nilai tersebut yaitu Kecintaan dan rasa memiliki
terhadap tanah air sehingga timbul motivasi untuk mempertahankan Indonesia.  Motivasi mempertahankan tanah air tersebut bukan dengan cara berjuang hingga tumpah darah seperti dahulu, tetapi dalam pelajaran. Maksudnya jika kita belajar dengan tekun, mungkin kita bisa mengikuti lomba dan menang lalu membawa nama Indonesia di kanca dunia. Nilai lainya adalah meningkatnya rasa nasionalisme dan patriotisme di jiwa warga negara Indonesia. Sehingga rasa cinta tanah air akan semakin lebih tinggi.


No comments:

Post a Comment