Thursday, February 25, 2016

Bandung Lautan Api (Andrea Josephine 9G/02)

Bandung Lautan Api, 23 Maret 1946

Peristiwa Bandung Lautan Api peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada tanggal 23 Maret 1946. Dalam waktu 7 jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar meninggalkan rumah mereka menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Malam tanggal 21 November1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata. Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumihangus". Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, Kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api. Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini mengilhami lagu Halo, Halo Bandung. Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo, Halo Bandung" secara resmi ditulis, menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

Dampak dari Peristiwa Bandung Lautan Api terhadap Indonesia adalah kerugian yang dialami oleh masyarakat masyarakat bandung, karena hancurnya infrastruktur dan rumah rakyat sipil. Sebaliknya, Dampak bagi sekutu tidak seberapa atau bahkan bisa dibilang tidak ada. Karena, sejak awal, salah satu rencana sekutu memanglah menghancurkan Bandung.


Banyak nilai nilai yang bisa kita ambil dari peristiwa ini, contohnya yaitu berani membuat keputusan, dan rela berkorban. Keputusan saat membakar harta, bangunan, atau bahkan rumah tentu saja sulit. Tetapi masyarakat di Bandung berani mengambil keputusan tersebut, meskipun mereka harus menanggung resiko yang besar. Selain percaya diri, kita juga harus rela berkorban. Kita tidak boleh egois, mau menang sendiri, tetapi kita juga harus mementingkan sesama. Bukan berarti kita tidak boleh memikirkan diri sendiri, tetapi keduanya itu harus seimbang. Dimulai dari hal hal kecil seperti disaat bermain bersama teman, kita tidak boleh egois, mau menang sendiri. 

No comments:

Post a Comment