Sunday, February 21, 2016

Pertempuran Medan Area (Valerie Tania)

Valerie Tania
9G/35


PERTEMPURAN MEDAN AREA

    Peristiwa medan area adalah Peristiwa medan area adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Medan, Sumatera Utara. Peristiwa ini diawali pada tanggal 24 Agustus 1945, dimana pemerintah kerajaan Inggris dan Belanda mencapai suatu persetujuan yang dikenal dengan nama Civil Affairs Agreement. Tujuan dari persetujuan ini yaitu untuk panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaaan atas nama pemerintah Belanda. Persetujuan ini diselenggarakan oleh NICA di bawah tanggung jawab komando Inggris, dimana kekuasaan tersebut akan dikembalikan lagi kepada Belanda. Medan merupakan salah satu kota dari Rencana Inggris dan Belanda untuk menyeludupkan NICA ke berbagai kota strategis Indonesia yang baru saja merdeka.


Pada tanggal 9 Oktober 1945, tentara Inggris mendarat di Medan di bawah pimpinan T.E.D Kelly. Peristiwa ini dimulai dengan kedatangan Pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Ted Kelly di kota Medan, yang diikuti oleh pasukan NICA dan didahului oleh pasukan komando pimpinan Kapten Westerling. Brigadir ini menyatakan kepada pemerintah RI bahwa mereka akan melaksanakan tugas kemanusiaan dimana mereka akan mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar Medan. Dengan dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan diaktifkan kembali dan dipersenjatai.

Ada beberapa hal yang memicu peristiwa ini dan menjadi latar belakang pertempuran Medan Area. Salah satunya adalah bekas tawanan yang menjadi sewenang-wenang dan arogan.

Selain itu, peristiwa ini juga terpicu karena ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-nginjak lencana Merah Putih. Pemuda-pemuda Indonesia pun menjadi marah. Hotel tersebut dikepung dan diserang oleh para pemuda dan TRI (Tentara Republik Indonesia).

Sekutu juga memberi batas daerah Medan secara sepihak dengan memasang papan pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” yang artinya adalah Batas Resmi Medan Area, di sudut-sudut pinggiran kota Medan.

Kemudian, pada tanggal 18 Oktober 1945, sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya melarang rakyat untuk membawa senjata. Semua senjata yang dimiliki rakyat juga harus diserahkan kepada pasukan sekutu. Akan tetapi, ultimatum ini tidak dihiraukan oleh pemerintah RI, sehingga pasukan sekutu menyerang kota Medan dan sekitarnya. Pasukan sekutu dihadapi dengan berani oleh para pejuang RI dibawah pimpinan kolonel Ahmad Tarir.

Hal ini tentu menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR menjadi marah dan berniat untuk melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando resimen itu terdiri atas empat sektor, dan tiap sektor terdiri dari empat subsektor. Tiap-tiap sektor berkekuatan satu batalyon. Markas komando resimen berkedudukan di sudi mengerti, Trepes. Di bawah komando itulah mereka meneruskan perjuangan di Medan Area.

Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi, disusun rencana serangan baru terhadap Kota Medan. Kekuatannya sekitar 5 batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari "H" ditentukan 15 Februari 1947 pukul 06.00 WIB. Untuk masing-masing sektor telah ditentukan Komandannya yakni pertempuran di front Medan Barat dipimpin oleh Mayor Hasan Achmad dari Resimen Istimewa Medan Area atau RIMA. Sayangnya, serangan ini tidak dilakukan secara serentak.  Serangan umum 15 Februari 1947 ini merupakan serangan besar terakhir yang dilancarkan oleh pejuang-pejuang di Medan Area. Pertempuran Medan Area ini merupakan peristiwa tersengit dan terpanjang di Sumatera Timur. Peristiwa ini berlangsung selama 2 tahun.

Peristiwa ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki jiwa mempertahankan bangsa dan nasionalisme yang sangat kuat. Bangsa Indonesia tidak ingin ditindas kembali oleh mantan penindasnya, dan Indonesia melakukan banyak sekali usaha untuk mencapai tujuan. Kita bisa menerapkan beberapa nilai-nilai dari pertempuran Medan Area ini, seperti selalu bersatu dalam membela negara. Sebagai warga bangsa Indonesia, kita harus memiliki jiwa cinta bangsa yang tinggi, seperti pemuda-pemudi Indonesia pada peristiwa Medan Area. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat belajar bahwa kita harus selalu kuat dan tidak mau kalah dengan penindas-penindas kita.

No comments:

Post a Comment