9G/35
PERTEMPURAN MEDAN AREA
Peristiwa medan area adalah Peristiwa medan area adalah sebuah peristiwa
perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Medan, Sumatera Utara. Peristiwa ini diawali
pada tanggal 24 Agustus 1945, dimana pemerintah kerajaan Inggris dan Belanda
mencapai suatu persetujuan yang dikenal dengan nama Civil Affairs Agreement.
Tujuan dari persetujuan ini yaitu untuk panglima tentara pendudukan Inggris di
Indonesia akan memegang kekuasaaan atas nama pemerintah Belanda. Persetujuan
ini diselenggarakan oleh NICA di bawah tanggung jawab komando Inggris, dimana
kekuasaan tersebut akan dikembalikan lagi kepada Belanda. Medan merupakan salah
satu kota dari Rencana Inggris dan Belanda untuk menyeludupkan NICA ke berbagai
kota strategis Indonesia yang baru saja merdeka.
Pada
tanggal 9 Oktober 1945, tentara Inggris mendarat di Medan di bawah pimpinan
T.E.D Kelly. Peristiwa ini dimulai dengan kedatangan Pasukan Sekutu yang
dipimpin oleh Brigadir Jenderal Ted Kelly di kota Medan, yang diikuti oleh
pasukan NICA dan didahului oleh pasukan
komando pimpinan Kapten Westerling. Brigadir ini menyatakan kepada pemerintah
RI bahwa mereka akan melaksanakan tugas kemanusiaan dimana mereka akan
mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar Medan. Dengan dalih menjaga
keamanan, para bekas tawanan diaktifkan kembali dan dipersenjatai.
Ada beberapa hal yang memicu
peristiwa ini dan menjadi latar belakang pertempuran Medan Area. Salah satunya
adalah bekas tawanan yang menjadi sewenang-wenang dan arogan.
Selain itu, peristiwa ini
juga terpicu karena ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan
menginjak-nginjak lencana Merah Putih. Pemuda-pemuda Indonesia pun menjadi
marah. Hotel tersebut dikepung dan diserang oleh para pemuda dan TRI (Tentara
Republik Indonesia).
Sekutu juga memberi batas
daerah Medan secara sepihak dengan memasang papan pembatas yang bertuliskan
“Fixed Boundaries Medan Area” yang artinya adalah Batas Resmi Medan Area, di
sudut-sudut pinggiran kota Medan.
Kemudian, pada tanggal 18
Oktober 1945, sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya melarang rakyat untuk
membawa senjata. Semua senjata yang dimiliki rakyat juga harus diserahkan
kepada pasukan sekutu. Akan tetapi, ultimatum ini tidak dihiraukan oleh
pemerintah RI, sehingga pasukan sekutu menyerang kota Medan dan sekitarnya.
Pasukan sekutu dihadapi dengan berani oleh para pejuang RI dibawah pimpinan
kolonel Ahmad Tarir.
Hal ini tentu menimbulkan
reaksi para pemuda dan TKR menjadi marah dan berniat untuk melawan kekuatan
asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di
Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang
di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama
Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando resimen itu terdiri atas
empat sektor, dan tiap sektor terdiri dari empat subsektor. Tiap-tiap sektor
berkekuatan satu batalyon. Markas komando resimen berkedudukan di sudi
mengerti, Trepes. Di bawah komando itulah mereka meneruskan perjuangan di Medan
Area.
Dalam waktu 3 minggu Komando
Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi, disusun rencana serangan baru terhadap
Kota Medan. Kekuatannya sekitar 5 batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat.
Hari "H" ditentukan 15 Februari 1947 pukul 06.00 WIB. Untuk
masing-masing sektor telah ditentukan Komandannya yakni pertempuran di front
Medan Barat dipimpin oleh Mayor Hasan Achmad dari Resimen Istimewa Medan Area
atau RIMA. Sayangnya, serangan ini tidak dilakukan secara serentak. Serangan umum 15 Februari 1947 ini merupakan
serangan besar terakhir yang dilancarkan oleh pejuang-pejuang di Medan Area.
Pertempuran Medan Area ini merupakan peristiwa tersengit dan terpanjang di
Sumatera Timur. Peristiwa ini berlangsung selama 2 tahun.
Peristiwa ini membuktikan
bahwa Indonesia memiliki jiwa mempertahankan bangsa dan nasionalisme yang
sangat kuat. Bangsa Indonesia tidak ingin ditindas kembali oleh mantan
penindasnya, dan Indonesia melakukan banyak sekali usaha untuk mencapai tujuan.
Kita bisa menerapkan beberapa nilai-nilai dari pertempuran Medan Area ini,
seperti selalu bersatu dalam membela negara. Sebagai warga bangsa Indonesia,
kita harus memiliki jiwa cinta bangsa yang tinggi, seperti pemuda-pemudi
Indonesia pada peristiwa Medan Area. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
belajar bahwa kita harus selalu kuat dan tidak mau kalah dengan
penindas-penindas kita.
No comments:
Post a Comment