Tuesday, February 23, 2016

Serangan Umum 1 Maret 1949 (Fidellia Adinda)

Fidellia Adinda
9G / 11

SERANGAN UMUM 1 MARET 1949
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar – besaran. Serangan ini dilakukan untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI, berarti juga Republik Indonesia masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Pada waktu itu, Soeharto juga turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta.
Kurang lebih 1 bulan setelah Agresi Militer Belanda II, TNI mulai menyusun strategi guna melakukan pukulan balik terhadap tentara Belanda yang dimulai dengna memutuskan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang konvoi Belnda, dan tindakan sabotase yang lain. Belanda terpaksa memperbanyak pos – pos di sepanjang jalan – jalan besar yang menghubungkan kota – kota yang telah diduduki. Hal ini berarti kekuatan pasukan Belanda tersebar pada pos – pos kecil di seluruh daerah republik yang menjadi medan gerilya. Dalam keadaan Belanda yang terpencar – pencar, mulailah TNI melakukan serangan terhadap Belanda.
Pada awal Februari 1948, Letkol. Dr. Wiliater Hutagulung bertemu dengan Panglima Besar Sudirman untuk melaporkan mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB dan penolakan Belanda terhadap resolusi tersebut dan melancarkan propaganda yang menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi. Pemikiran yang dikembangkan Hutagulung adalah perlunya meyakinkan dunia internasional terutama Amerika Serikat dan Inggris bahwa Negara Republik Indonesia masih kuat. Indonesia juga memiliki pemerintahan, organisasi TNI, dan ada tentaranya. Untuk membuktikan hal ini, harus diadakan serangan spektakuler yang tidak bisa disembunyikan oleh Belanda dan harus diketahui UNCI (United Nations Commission for Indonesia) dan wartawan – wartawan asing untuk disebarluaskan ke seluruh dunia. Untuk menyebarluaskan bahwa Negara Republik Indonesia masih ada, diperlukan pemuda – pemuda berseragam Tentara Nasional Indonesia yang dapat berbahasa Inggris, Belanda, atau Perancis. Panglima Besar Sudirman menyetujui gagasan tersebut dan menginstruksikan Hutagulung untuk mengkoordinasikan pelaksanaannya.
Tujuan utama dari rencana itu adalah untuk menunjukkan eksistensi TNI dan dengan demikian juga menunjukkan eksistensi Republik Indonesia kepada dunia internasional. Untuk menunjukkan eksistensi ini, anggota UNCI, wartawan – wartawan asing harus melihat pemuda – pemuda yang berseragam TNI.
Setelah dilakukan pembahasan, Kolonel Bambang Sugeng bersikukuh bahwa yang harus diserang secara spektakuler adalah Yogyakarta karena dulu Yogyakarta adalah ibukota RI, ada banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, dan semua pasukan sudah memahami dan menguasai situasi / daerah operasi.
Pada tanggal 1 Maret 1949, serangan secara besar – besaran mulai dilakukan secara serentak dengan fokus serangan ke Ibukota Republik, Yogyakarta. Pada saat yang bersamaan, serangan juga dilakukan di Solo untuk mengikat tentara Belanda dalam pertempuran agar tidak dapat mengirim bantuan ke Yogyakarta.
Dari peristiwa ini, ada kerugian di kedua belah pihak karena pastinya ada banyak orang yang tewas dalam serangan itu. Ada beberapa polisi Belanda yang tewas dalam serangan itu dan ada banyak polisi Indonesia dan masyarakat Indonesia yang tewas dalam serangan 1 Maret 1949 itu.
Serangan Umum 1 Maret 1949 ini mampu menguatkan posisi tawar dari Republik Indonesia, mempermalukan Belanda yang telah memberi pernyataan bahwa Republik Indonesia sudah lemah. Tetapi dengan serangan ini, Indonesia membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada dan TNI masih ada. Indonesia bisa melakukan serangan secara frontal tidak hanya melalui penyergapan dan sabotase saja. Dari serangan ini, dunia internasional mengakui bahwa Republik Indonesia masih ada.

Ada beberapa nilai penting yang dapat kita ambil dari peristiwa ini. Nilai – nilai yang dapat diambil seperti, rela berkorban demi kemerdekaan bangsa dan demi perdamaian bangsa. Sikap patriot dalam membela tanah air, Indonesia.

No comments:

Post a Comment