Audrey Natalie
9G/3
Perang Puputan Margarana
di Bali, 20 November 1946
Pertempuran
Puputan Margarana adalah salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda
dalam masa Perang kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 20 November 1946.
Puputan Margarana dipimpin oleh seorang serdadu Dewan Perjoesngan Republik
Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) kelahiran Bali bernama I Gusti Ngurah Rai untuk
melawan aksi militer colonial Belanda. Dimana Pasukan TKR di wilayah ini
bertemput dengan habis habisan untuk mengusir Pasukan Belanda yang kembali
dating setelah kekalahan Jepang, untuk menguasai kembali wilayah yang telah
direbut Jepang. Perang ini menyababkan kematian seluruh pasukan I Gusti Ngurah
Rai yang kemudian dikenang sebagai salah satu Puputan di era awal kemerdekaan
serta mengakibatkan Belanda sukses mendirikan Negara Indonesia Timur. Puputan
adalah istilah dalam bahasa bali yang mengacu pada ritual bunuh diri massa yang
dilakukan saat perang daripada harus menyerah kepada musuh.
Perang Pupuran
Margarana ini tidak terlalu banyak berdampak pada Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia karena peristiwa ini terjadi setelah Kemerdekaan Indonesia.Tetapi tetap
saja ada beberapa pengaruhnya bagi Kemerdekaan Indonesia. Akibat dari
peperangan ini sebenarnya kurang menguntungkan bagi Indonesia karena Indonesia
baru saja merdeka. Masyarakat Bali pun tidak senang dengan adanya Perang
Puputan Margarana ini karna pastinya dengan adanya peperangan keadaan akan
menjadi sangat kacau dan tidak akan menguntukan bagi masyarakat yang berada di
dekat kejadian peperangan ini. Masyarakat juga akan cenderung menjadi takut dan
harus selalu waspada pada saat terjadinya Perang Puputan Margarana ini. Dan
dampak dari perang ini ada banyak orang yang meninggal dan akhirnya Belanda
menguasai wilayah itu. Tetapi tetap saja apa yang dilakukan I Gusti Ngurah Rai
adalah hal yang benar karena lebih baik mati setelah berjuang habis habisan
daripada tidak berusaha sama sekali. Walaupun dengan melakukan peperangan ini I
Gusti Ngurah Rai harus mengorbankan banyak pasukannya bahkan dirinya sendiri.
Nilai yang saya
dapatkan dari peristiwa Perang Puputan Margarana ini adalah kita tidak boleh
menyerah hanya karna kita takut. Apa lagi jika yang kita perjuangkan adalah hal
yang benar atau kita miliki. Karna jika kita menyerah kita tidak akan bisa
melewati masalah yang lebih besar nantinya. Karna kita tidak tau apa yang akan
kita hadapi nantinya. Lebih baik kita bersiap untuk yang terburuk daripada
nantinya kita menjadi susah sendiri. Seperti peristiwa ini, pasukan I Gusti
Ngurah Rai mau melakukan Puputan. Mereka mau berjuang sampai titik darah
penghabisan untuk apa yang mereka punya. Mereka lebih baik mati daripada harus
menyerahkan apa yang mereka punya kepada musuh mereka yang pada saat itu adalah
Belanda. Mereka mau tetap berpengang teguh pada pendirian itu walaupun mereka
harus melewati hal yang sulit atau bahkan harus mati demi mempertahankan
wilayah mereka. Kita harus seperti I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya. Kita
harus berani untuk mempertahankan prinsip kita karna dengan itu orang orang
menghormati kita. Kita tidak boleh menjadi orang yang mudah beruah pikiran.
Yang berubah pikiran setiap kali kita takut. Karna pada akhirnya yang benar
akan bertahan walaupun harus melalui banyak cobaan.
No comments:
Post a Comment