Thursday, February 25, 2016

Puputan Margarana Bali (Ferdy 9G/10)

Ferdy Anggara
9G/10

 Puputan Margarana Bali

Perang Puputan Margarana merupakan perang yang terjadi antara Indonesia dan Belanda dalam masa Perang kemerdekaan Indonesia . Perang ini terjadi pada 20 November 1946. Setelah Indonesia merdeka, pada masa-masa perang kemerdekaan kembali terjadi perang puputan di wilayah Kabupaten Tabanan. Adalah Desa Marga, Kecamatan Marga, menjadi tempat bersejarah yang menandai bagaimana rakyat Indonesia, khususnya rakyat Bali gigih menentang segala bentuk penjajahan. Di tempat pertempuran secara puputan terakhir ini, kini ditandai dengan situs candi yang dikenal dengan Candi Margarana. Marga adalah tempat kejadiannya, sedangkan rana berarti perang atau pertempuran. Perang Puputan Margarana dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai untuk melawan aksi militer kolonial Belanda. Cerita berawal Pada waktu staf MBO berada di desa Marga, I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA yang ada di Kota Tabanan. Perintah itu dilaksanakan pada 18 November 1946 (malam hari) dan berhasil baik. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi NICA ikut menggabungkan diri kepada pasukan Ngurah Rai. Setelah itu pasukan segera kembali ke Desa Marga.

     Pada 20 November 1946 sejak pagi-pagi buta tentara Belanda mulai mengadakan pengurungan terhadap Desa Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan NICA dengan pasukan Ngurah Rai. Pada pertempuran yang seru itu pasukan bagian depan Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom yang didatangkan dari Makassar. Di dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "Puputan". Puputan adalah istilah dalam bahasa bali yang mengacu pada ritual bunuh diri massa yang dilakukan saat perang daripada harus menyerah kepada musuh. Akhirnya Di Desa Margarana pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya
gugur, termasuk Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. Untuk mengenang peristiwa tersebut pada tanggal 20 November 1946 di kenal dengan perang puputan margarana, dan kini pada bekas arena pertempuran itu didirikan Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa.

       Dampak perang puputan ini sangat beragam bagi kemerdekaan Indonesia. Ada yang positif dan ada yang negative. Poin positifnya adalah bahwa jiwa nasionalis masyarakat bali dan masyarakat Indonesia pada umumnya sangat besar. Mereka tidak takut untuk menghadapi NICA, meski mereka tahu bahwa kekuatan NICA sudah pasti tidak akan tertandingi, namun mereka memiliki semangat untuk berjuang. Tentu perang puputan ini akan tersebar luas ke seluruh daerah di Indonesia. Semangat pemuda pemudi akan muncul. Sehingga daerah lain pun tak segan untuk mempertahankan tanah kelahirannya meski harus dibayarkan nyawa.

    Poin negativenya adalah tentu kerugian materiil yang dialami oleh masyarakat bali. Senjata dan nyawa pun harus dikorbankan. Desa Marga yang awalnya aman dan tenteram juga harus rusak oleh adanya pertempuran ini. Begitu juga dengan gugurnya pasukan, maka Bali pun menjadi tanah yang tak bertuan. Sehingga kapan saja NICA bisa datang dan merebut tanah Bali. Ketika NICA berhasil merebut tanah bali, hal itu pasti akan berdampak pada kemerdekaan Indonesia, karena Bali merupakan salah satu wilayah Indonesia yang cukup strategis yang menghubungkan antara wilayah barat dan timur harus jatuh ke tangan NICA.

    Melalui pertempuran Margarana, kita diajarkan untuk tidak kehilangan kepercayaan diri. Dimana kepercayaan diri harus tetap dijunjung tinggi dalam kesempatan apa pun. Misalnya ketika kita tahu akan menghadapi Ujian yang sulit, kita harus tetap menghadapi soal tersebut dengan sebaik baik nya, caranya dengan belajar lebih giat setiap harinya agar siap saat menghadapi ujian tersebut.
       
      Kita juga diajarkan untuk  pantang menyerah. Masyarakat bali yang tentu penduduknya tidak sebanyak masyarakat jawa saja pantang menyerah untuk melawan NICA. Intinya sesulit apapun masalah yang kita hadapi, pertahankanlah apa yang sudah seharusnya milik kita, kita harus terus menggapainya dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang kita miliki.

1 comment:

  1. Ferdy... ini temen2 kamu pada ga posting ato blognya bukan yang ini? thanks...

    ReplyDelete