9G/32
Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran
besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat,
Indonesia
pada 23 Maret
1946. Dalam
waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar
rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan
Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda
untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini
terjadi karena pasukan Inggris mulai memasuki kota Bandung sejak pertengahan
bulan Oktober 1945. Di Bandung, pasukan Inggris dan NICA melakukan terror terhadap
rakyat sehingga mengakibatkan terjadinya pertempuran. Menjelang bulan November
1945, pasukan NICA semakin merajalela di Bandung. Setelah masuknya tentara
Inggris yang berasal dari satuan NICA memanfaatkannya untuk mengembalikan
kekuasaannya atas kota Bandung. Hal ini menyebabkan semangat juang rakyat dan
para pemuda yang terbangun dalam TKR dan badan-badan perjuangan lainnya semakin
berkobar. Pertempuran besar kecil terus berlangsung di Bandung. Malapetaka lain
juga terjadi di Bandung, yaitu dengan jebolnya bendungan Sungai Cikapundung
yang menimbulkan bencana banjir besar di kota Bandung. Peristiwa itu terjadi
pada malam hari tanggal 25 November 1945. Pada saat itu kota Bandung dibagi
menjadi dua, yaitu pasukan sekutu menduduki daerah Bandung Utara dan Bandung
Selatan menjadi daerah Republik Indonesia. Jebolnya tanggul sungai itu
dikaitkan dengan aksi terror yang dilakukan oleh NICA sehingga menimbulkan
amarah rakyat dan mereka melakukan aksi pembalasan. Sesuai dengan kebijakan
politik diplomasi, pihak Republik Indonesai menggosongkan daerah Bandung Utara.
Namun, karena sekutu menuntut pengosongan sejauh sebelas kilometer dari Bandung
Selatan, akibatnya meletus pertempuran dan aksi bumi hangus di segenap penjuru
kota. Kota Bandung terbakar hebat dari batas timur Cicadas sampai batas barat
Andir. Satu juta jiwa penduduk kota Bandung menyingkir ke luar kota. Pada tanggal
23 dan 24 Maret 1946 mereka meninggalkan kota Bandung yang telah menjadi lautan
api. Peristiwa itu diabadikan dalam lagu “Halo-Halo Bandung”. Tokoh pejuang
dalam pertempuran Bandung itu, di antaranya: Aruji Kertawinata, Sutoko, Nawawi
Alib, Kolonel Hidayat, Oto iskandardinata, dan Kolonel A.H Nasution (Panglima
Divisi Jawa Barat).
Dampak Bandung Lautan
Api paling besar dirasakan oleh masyarakat Bandung pada saat itu. Harta benda
yang mereka miliki hangus terbakar. Gerakan untuk membumihanguskan Bandung
sebagai upaya mencegah dijadikannya Bandung sebagai markas sekutu menyebabkan
seluruh masyarakat Bandung harus meninggalkan kampung halamannya dan
infrastruktur yang mereka banguun hangus terbakar. Tidak hanya itu, 2 warga
Bandung yang menunaikan tugas untuk meledakkan salah satu titik strategis
berupa gudang mesiu akhirnya harus ikut terbakar juga ketika melaksanakan
tugasnya. Masyarakat Bandung telah kehilangan dua pejuangnya yakni Muhammad
Ramdan serta Muhammad Toha.
Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia memerlukan sikap rela berkorban mulai dari harta,
keluarga, bahkan jiwa pun sudah menjadi taruhannya demi melawan musuh yang
ingin merebut kembalikemerdekaan yang telah diraih. Selain itu, diperlukan juga
sikap kebersamaan. Berjuang sendiri tentu tidak ada salahnya dan sudah
seharusnya dimulai dari diri sendiri, namun jika kita berharap akan perubahan
dan hasil yang lebih besar, kita harus melakukannya bersama! Kalau ada pilihan
untuk bisa sukses dan maju bersama, mengapa kita masih mau berjalan
sendiri-sendiri?
No comments:
Post a Comment