Sunday, February 21, 2016

Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya (Jonathan Christopher)

Jonathan Christopher A. 9G/20

Peristiwa 10 NovemberR 1945 di Surabaya, yang sekarang dikenang sebagai Hari Pahlawan

Peristiwa ini merupakan peristiwa penting dalam mempertahankan kemerdekaan. Pihak yang terlibat dalam peristiwa ini adalah Indonesia dengan Inggris yang bekerja sama dengan Belanda. Peristiwa ini terjadi pada 10 November tahun 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur dan merupakan pertempuran pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada saat 17 Agustus 1945. Pertempuran ini merupakan pertempuran terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia maka peristiwa ini dikenang dengan nama Hari Pahlawan dan dijadikan lambing nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu dan meninggalkan Indonesia, tentara Inggris datang ke Indonesia dengan tujuan melucuti tentara Jepang. Namun ada tujuan lain tentara Inggris datang ke Indonesia, yaitu mengenmbalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut dengan pasukan Inggris yang mendarat di Indonesia. Melihat ini tentu rakyat Indonesia menjadi curiga dan memunculkan gerak perlawanan terhadap tentara Inggris dan Belanda yang berada di wilayah Indonesia pada masa itu.

Pada 1 September 1945, setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia menetapkan bahwa bendera asional Indonesia yaitu Bendera  Merah Putih harus dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, dan perintah tersebut meluas ke daerah Surabaya. Namun sekelompok tentara Belanda mengibarkan Bendera Belanda yaitu Bendera Merah Putih Biru tanpa persetujuan Pemerintah Daerah Surabaya di tiang paling tinggi di Hotel Yamato, hotel bekas colonial Jepang (yang dulunya merupakan Hotel Oranje milik Belanda, dan sekarang bernama Hotel Majapahit) pada pukul 21.00 malam. Keesokan harinya para pemuda Surabaya menjadi marah karena melihat berkibarnya bendera Belanda di wilayah Indonesia yang sudah merdeka. Mereka menganggap Belanda menghina Indonesia dan hendak menjajah Indonesia lagi maka mereka melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Residen Soedirman, diplomat sekaligus Residen Daerah Surabaya, beserta dengan dua pengawalnya, Sidik dan Hariyono datang ke Hotel Yamato untuk berunding dengan Mr. Ploegman untuk meminta untuk menurunkan bendera Belanda dari gedung itu. Mr. Ploegman menolak permintaan ini, dan bertekad untuk membunuh Soedirman beserta dengan pengawalnya. Ia  mengeluarkan pistol dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Mr. Ploegman akhirnya tewas dicekik oleh Sidik, namun Sidik tewas dibunuh pengawal Belanda, sementara itu Soedirman dan Hariyono melarikan diri keluar Hotel Yamato. Namun Hariyono beserta dengan pemuda Surabaya lainnya memanjat gedung Hotel Yamato dan menurunkan bendera Belanda. Bagian biru di bendera Belanda dirobek dan berubah menjadi bendera Merah Putih dan dikibarkan lagi diatas Hotel Yamato. Setelah insiden ini meletuslah pertempuran kecil diantara pasukan Indonesia dengan pasukan Inggris. Namun situasi ini diredakan oleh Jenderal D.C. Hawthorn dan Presiden Soekarno dengan mengadakan Genjatan Senjata.

Setelah genjatan senjata berlangsung, situasi masih tegang, pada tanggal 30 Oktober 1945, Jenderal Mallaby yang menaiki mobil berpapasan dengan anggota milisi Indonesia bersenjata. Melihat ini salah satu tentara Inggris berpikir bahwa milisi Indonesia bertekad untuk membunuh Jenderal Mallaby dan menembakan pistolnya keatas untuk mengusir milisi Indonesia. Kelompok Milisi Indonesia salah paham dan menganggap bahwa tentara Inggris bertekad untuk membunuh mereka, maka terjadi tembak menembak antara kedua belah pihak. Akhirnya Jenderal Mallaby tewas tertembak oleh salah satu anggota milisi Indonesia dan mobilnya terbakar karena dilempari granat.

Mendengar peristiwa ini pihak Inggris sangat marah kepada Indonesia dan mengeluarkan ultimatum bahwa Indonesia harus menyerahkan seluruh senjatanya kepada pihak Inggris dan menghentikan perlawanan. Pihak Indonesia tentu menolak ultimatum ini, maka pada tanggal 10 November 1945, yang merupakan batas ultimatum, Inggris menyerang Surabaya dengan pengeboman udara dan mengirim infanteri sebanyak 30.000 tentara dan sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang. Indonesia tidak mau kalah dan mengirimkan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) untuk melawan pihak Inggris yang dibantu oleh penduduk sukarelawan Surabaya yang ikut membantu melawan pihak Inggris.

Bung Tomo adalah salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati, karena ia lah yang menyemangati rakyat Indonesia yang melawan tentara Inggris di Surabaya, penyemangatan Bung Tomo yang membuat rakyat Indonesia pantang menyerah dalam melawan tentara Inggris. Pihak Inggris memperkirakan bawha tentara Indonesia dapat dikalahkan dalam waktu 3 hari. Namun karena semangat rakyat Indonesia akibat pidato Bung Tomo, tentara Inggris harus terus melawan rakyat Indonesia sampai 3 minggu.
Dampak dari peristiwa ini adalah setidaknya 6.000-16.000 pejuang Indonesia tewas dalam pertempuran, sedangkan hanya kira-kira 2.000 tentara Inggris yang tewas dalam pertempuran. Peristiwa ini menggerakan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dalam pertempuran ini sampai sekarang kita kenang dengan “Hari Pahlawan” pada setiap tanggal 10 November.


Dari peristiwa ini kita bisa mengambil nilai bawha dalam menghadapi masalah, kita harus pantang menyerah dan kita harus mengahadapinya dengan penuh semangat. Bila kita tetap kesusahan menghadapinya, kita harus bersatu untuk menghadapinya bersama-sama, sama seperti pihak TKR yang dibantu oleh ribuan penduduk sukarelawan Surabaya yang memiliki semangat tinggi dalam mempertahankan daerahnya. Kita juga harus menjaga nama baik bangsa dan Negara kita, sama seperti pemuda Surabaya yang tidak terima atas pelecehan orang Belanda terhadap Indonesia dalam gerakan pengibaran bendera Merah Putih. Maka itu yang terpenting adalah kita harus menjaga persatuan dan kesatuan agar Indonesia tetap menjadi Negara yang merdeka. 

Sekian dari saya, terima kasih atas perhatiannya. 

No comments:

Post a Comment