Tuesday, February 23, 2016

Pengakuan Kedaulatan RIS (Gabrielle Agustin)

Gabrielle Agustin Ternadi
9G – 14
PENGAKUAN KEDAULATAN RIS
            Republik Indonesia Serikat (RIS) merupakan suatu kesepakatan antara RI dengan negara-negara bagian yang didirikan di daerah pendudukan Belanda. RIS terdiri atas 16 negara, yaitu Republik Indonesia dan 15 negara boneka. Sidang Panitia Pemilihan Nasional (PPN) diadakan di Jakarta pada tanggal 15 – 16 Desember 1949 yang diketuai oleh Mr. Moh.Roem. Keputusannya adalah memilih Ir. Soekarno sebagai presiden RIS dan menunjuk Mr. Asaat sebagai pemangku jabatan presiden Republik Indonesia Serikat. Kemenangan yang berhasil dicapai dalam peristiwa ini adalah keputusan bahwa inti angkatan Republik Indonesia Serikat adalah TNI (Tentara Nasional Indonesia). Ir. Soekarno dilantik pada tanggal 17 Desember 1949 di bangsal Siti Hinggil Keraton Yogyakarta untuk menjadi presiden RIS. Pada 18 Desember 1949, Moh. Hatta dilantik menjadi Perdana Menteri. Pada 27 Desember 1949, upacara pengakuan kedaulatan terhadap RIS dilaksanakan. Pertama, di Amsterdam. Ratu Juliana, PM Willem dan Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen menyerahkan kedaulatan kepada Drs. Moh. Hatta. Kedua, di Jakarta. Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J Lovink menyerahkan kepada Sri Sultan HB IX. Dan yang ketiga, di Yogyakarta. Mr. Asaat menyerahkan kepada A. Mononutu (Menteri Penerangan RIS). Republik Indonesia Serikat dibentuk layaknya republik federasi berdaulat yang merupakan persekutuan dengan Kerajaan Belanda.
            Walaupun usia kemerdekaan baru menginjak 4 tahun, ternyata tidak membuat kita kalah dalam diplomasi melawan Belanda sebaliknya hasil diplomasi beberapa bulan oleh para pemimpin pemerintahan Indonesia dibawah pimpinan wapres Drs. Moh. Hatta. tersebut benar – benar luar biasa sehingga berhasil membuat Republik Indonesia diakui kedaulatannya. Yang paling membanggakan bagi rakyat Jakarta adalah kehadiran pasukan Batalyon Kala Hitam dari Divisi Siliwangi di depan istana merdeka dalam upacara penurunan bendera Belanda (merah –putih – biru) dan dikibarkannya Sang Saka Merah Putih. Batalyon Kala Hitam dipimpin oleh Mayor Kemal Idris, tetapi kesatuan yang ikut upacara di samping pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Poniman (kemudian pernah menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan).     Dampak yang ditimbulkan dari peristiwa ini adalah, Indonesia diakui oleh Belanda. Lalu, tidak ada lagi peperangan antara Indonesia dan Belanda. Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan dan kedaulatan penuh negara Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda, kecuali Irian Barat.

            Nilai – nilai yang dapat diambil dari peristiwa ini adalah tetap berusaha dan jangan menyerah. Kita tidak boleh cepat menyerah. Karna jika kita menyerah, kita tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal / yang kita mau. Walaupun Indonesia baru saja menginjak 4 tahun setelah kemerdekaannya, Indonesia tetap berusaha untuk tidak kalah dalam diplomasi melawan Belanda. Kita juga tidak boleh menyerah sampai kita mendapatkan yang kita mau. Seperti Indonesia, Indonesia tidak menyerah sampai Indonesia diakui. Nilai – nilai lain yang dapat diambil dari peristiwa ini adalah jika kita mau menyelesaikan masalah, kita harus berkomunikasi dengan baik sampai masalah itu selesai. Kita tidak boleh membiasakan menyelesaikan masalah secara fisik. Kita juga harus mempertahankan kemerdekaan. Karna kita hidup di zaman yang telah bebas dari masa perjuangan mencapai kemerdekaan, kita harus membanggakan bangsa dan negara dengan cara, belajar dengan baik dan benar (giat).

No comments:

Post a Comment