Perang kemerdekaan di Surakarta Tahun 1949
Kota Surakarta pada jaman perang kemerdekaan adalah salah satu kota
yang punya sejarah cukup mengagumkan perlawanan TNI yang di Bantu oleh
Tentara Pelajar (TP) membuat Belanda sangat kerepotan, kehidupan rakyat
terutama petani di kota solo miskin karena rakyat
tidak mempunyai cukup cadangan makanan dan petani itupun kesulitan
menjual makanan ke kota, karena di perbatasan daerah solo sudah di jaga
ketat pasukan Belanda yang menyangka banyak prajurit TNI yang menyamar
menjadi petani.
Seperti keadaan di kota kota lainnya di Indonesia, kota Surakarta pada
tahun 1947 waktu agresi militer Belanda yang pertama, juga di jadikan
sebagai pemerintahan federal, kantor kantor seperti jawatan kereta
api,perusahaan air minum ( PDAM ),listrik ( PLN),kantor pos dan
kepatihan sudah di buka kembali setelah di bakar dengan aksi bumi hangus
yang di lakukan oleh TNI, sekolah sekolah pun sudah mulai melakukan
aktivitas belajar dan mengajar dan guru guru diminta untuk datang ke
sekolah.
Banyak pegawai kantor pemerintah RI yang terpengaruh ajakan Belanda,
bagaimana tidak hanya dengan menulis nama saja kemudian langsung
mendapat bayaran atau gaji yang besar, siapa pun yang membutuhkan uang
pasti terpengaruh ajakan Belanda,lagi pula banyak toko toko yang menolak
uang resmi Republik Indonesia, dan siapapun yang menerima menjadi
pegawai pemerintah federal Belanda pasti tercukupi kebutuhannya dan
nyaman pula kehidupannya.
Melihat keadaan seperti itu, Tentara Pelajar mencari cara untuk menolak
dan menggagalkan akal licik Belanda tersebut,agar rakyat tidak terjebak
dan terpengaruh Belanda dan jangan sampai rakyat menjadi takut melawan
pemerintahan federal, Tentara Pelajar pun mencari cara agar rakyat
Solo, menolak uang yang berasal dari federal, maka kemudian Tentara
Pelajar pada hari selasa tanggal 8 Febuari 1949, para prajuit Tentara
Pelajar masuk dan menyerang markas musuh di dalam kota Solo, menyerang
markas, asrama dan gudang gudang yang berisi peralatan tempur musuh.
Serangan Umum di kora Surakarta di mulai waktu sore hari sampai malam
dini hari dan itu bertujuan untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa
Tentara Pelajar tidak lari dan tetap membela kota Surakarta dengan gagah
berani walaupun senjata musuh lebih hebat dan lengap dan juga jumlah
musuh yang lebih banyak
Malam itu Suhendro Sosrosuwarno,Komandan Rayon 1, bersama regu dari
Waluyo,berangkat dari desa pakuwone masuk ke dalam kota Surakarta ,jalan
yang di lalui melewati makam Gabudan yang terkenal angker,setelah itu
perlahan lahan masuk di kampong Gajahan, ke utara terus sampai melewati
sungai larangan, mereka melewati jalan itu untuk menuju Toko Obral di
perempatan Singosaren, Toko besar yang memihak belanda itu akan di rusak
karena sudah menolak uang RI, pemilik Toko itu hanya mau menerima uang
federal dan itu berarti memaksa warga Solo memihak Pemerintah Federal
Setelah tiba di Kali Larangan yang terletak di selatan Toko Obral, tiba
tiba ada jip patroli Belanda yang lewat di perempatan Singasaren, untung
saja Jip Belanda itu tidak berhenti dan berarti patroli selanjutnya
masih agak lama tiba.
Kemudian Bom tarik buru buru di pasang di dekat pintu toko, talinya di
ulur agak jauh,dan para prajurit lari menjauh dan mencari perlindungan
agar tidak terkena bom tersebut,setelah itu tali bom di tarik tapi
tidak meledak,karena talinya lepas dari sumbu,karena memakan waktu lama
untuk memasang kembali,selanjutnya pintu toko gedhe itu di rusak dan di
jebol, para gerilyawan masuk dan merusak isi dari toko tersebut.
Toko Eng Boo yang berada di Secayudan juga di rusak oleh prajurit
prajurt TP dari Rayon II yang di pimpin Komandan Rayon Sumarto, atap toko
itu ambruk dan barang barang didalamnya pun rusak berantakan, ada
beberapa stel baju biru dan putih yang tidak rusak kemudian di bagikan
kepada penduduk desa Nawut, para petani pun senang dan baju baru itupun
dijahit dan di pakai oleh warga desa.
Tidak disangka petani petani yang pergi ke kota untuk menjual dagangannya
kemudian ditangkap Belanda, karena mereka memakai baju baru biru dan
putih yang di rampas oleh TP yang berasal dari Toko Eng Boo, ternyata
Belanda mencatat barang yang hilang dari toko Eng Boo, keesokan harinya
Desa Nawut di kepung oleh tentara Belanda, terjadi perang sehari penuh,
Tentara Pelajar yang pintar bergerilya itupun berhasil menerobos dan
melarikan diri dari kepungan musuh yang terus menembaki dengan senjata
modern.
Sehari sebelumnya,anggota regu Sahir yang paling kecil yang bernama
Supeno, menerima perintah untuk mencari informasi toko mana saja yang
menolak uang resmi Republik Indonesia,sampai di pasar Legi dia masuk
toko Driehoek, pura pura membeli barang, kemudian dia membayar,tapi
penjaga toko itu menolak uang Republik, dan Supeno dalam hatinya marah
dan bertekat untuk menghancurkan toko itu.
Regu Gondo yang terkenal dengan nama Regu Condromowo berangkat dari desa
Pandean waktu malam dan berangkat menuju Pasar Legi,setelah waktu malam
waktu yang di gunakan untuk masuk kota seperti yang di harapkam setelah
pukul 01.00,tetapi baru pukul 23.00, sudah di cegat tentara Belanda
yang cukup banyak, Regu TP kemudian lari menuju Purbayan, bertujuan untuk
menyerang pos jaga musuh, Regu Condromowo lari menuju jembatan
arifin, tidak lama pos jaga musuh itupun di tembaki peluru untuk
memancing keluar pasukan Belanda supaya keluar, tapi tetap bersembunyi
dalam markas .
Regu Gondo segera berangkat menuju Pasar Legi, beberapa Tentara Pelajar
sudah mulai membakar Toko Drie hoek, Gondo dan pasukannya pun ikut
membakar dan merusak toko tersebut,serangan menuju Pasar Legi dan
sekitarnya itu di pimpin oleh Prakoso, Komandan Rayon III, jalan besar di
Banjarsari gelap gulita karena bulan sudah tidak kelihatan. Regu Torry
Subiantoro tanpa perintah menyerang pos pos musuh di situ,Villa
Gantiwarno yang sebelum Belanda menduduki kota Surakarta menjadi
asramanya Regu Torry, dengan perlahan lahan dan tiarap Torry dan Sunarso
nekat menyerang Villa,sampai disana,terlihat di dalam villa ada 2
pasukan Belanda yang menyalakan lilin,2 gerilyawan itu kemudian
menembaki pasukan tersebut dan meleset, kedua pasukan itu lari masuk
kedalam villa kembali.Tanpa disangka, ada pasukan jaga yang mendengar
tembakan itu kaget dan lari kedalam villa,Torry dan Sunarno menembaki
tetapi meleset.
Serangan Umum Tentara Pelajar itu ternyata sanggup menaikkan semangat
rakyat Kota Surakarta, keesokan harinya kabar kalau pasukan gerilya
Tentara Pelajar menembaki markas musuh dan gudang peluru
Belanda, menyebar menjadi pembicaran yang hangat, selain itu mata mata
belanda yang tertangkap oleh penduduk kemudian di beri hukuman dan
diadili menurut hukum militer, walaupun belanda kerepotan dalam berperang
dan patrolipun hanya berani waktu siang, tetapi serangan ke desa desa
waktu pagi sering terjadi, Kampung yang berada di Singosaren dll, di kira
menjadi markas TP
Jadi dalam cerita tersebut, pahlawan kita sudah memberikan nilai nilai yang bermanfaat bagi para pelajar di Indonesia, bahwa kita tidak boleh terpengaruhi oleh hal hal yang berasal dari luar negeri kita. Dan kita sebagai pelajar juga tidak boleh bodoh karena terpengaruh hal negatif dari negara lain dan belajar dengan giat, agar kita bisa menjadi penerus bangsa bagi Indonesia.
No comments:
Post a Comment