Tuesday, February 23, 2016

Pertempuran 4 Hari Surakarta (Chrisandy Lie 9G/5)

Perang kemerdekaan di Surakarta Tahun 1949



Kota Surakarta pada jaman perang kemerdekaan adalah salah satu kota yang punya sejarah cukup mengagumkan perlawanan TNI yang di Bantu oleh Tentara Pelajar (TP) membuat Belanda sangat kerepotan, kehidupan rakyat terutama petani di kota solo miskin karena rakyat tidak mempunyai cukup cadangan makanan dan petani itupun kesulitan menjual makanan ke kota, karena di perbatasan daerah solo sudah di jaga ketat pasukan Belanda yang menyangka banyak prajurit TNI yang menyamar menjadi petani.
Seperti keadaan di kota kota lainnya di Indonesia, kota Surakarta pada tahun 1947 waktu agresi militer Belanda yang pertama, juga di jadikan sebagai pemerintahan federal, kantor kantor seperti jawatan kereta api,perusahaan air minum ( PDAM ),listrik ( PLN),kantor pos dan kepatihan sudah di buka kembali setelah di bakar dengan aksi bumi hangus yang di lakukan oleh TNI, sekolah sekolah pun sudah mulai melakukan aktivitas belajar dan mengajar dan guru guru diminta untuk datang ke sekolah.
Banyak pegawai kantor pemerintah RI yang terpengaruh ajakan Belanda, bagaimana tidak hanya dengan menulis nama saja kemudian langsung mendapat bayaran atau gaji yang besar, siapa pun yang membutuhkan uang pasti terpengaruh ajakan Belanda,lagi pula banyak toko toko yang menolak uang resmi Republik Indonesia, dan siapapun yang menerima menjadi pegawai pemerintah federal Belanda pasti tercukupi kebutuhannya dan nyaman pula kehidupannya.
Melihat keadaan seperti itu, Tentara Pelajar mencari cara untuk menolak dan menggagalkan akal licik Belanda tersebut,agar rakyat tidak terjebak dan terpengaruh Belanda dan jangan sampai rakyat menjadi takut melawan pemerintahan federal, Tentara Pelajar pun mencari cara agar rakyat Solo, menolak uang yang berasal dari federal, maka kemudian Tentara Pelajar pada hari selasa tanggal 8 Febuari 1949, para prajuit Tentara Pelajar masuk dan menyerang markas musuh di dalam kota Solo, menyerang markas, asrama dan gudang gudang yang berisi peralatan tempur musuh.
Serangan Umum di kora Surakarta di mulai waktu sore hari sampai malam dini hari dan itu bertujuan untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa Tentara Pelajar tidak lari dan tetap membela kota Surakarta dengan gagah berani walaupun senjata musuh lebih hebat dan lengap dan juga jumlah musuh yang lebih banyak
Malam itu Suhendro Sosrosuwarno,Komandan Rayon 1, bersama regu dari Waluyo,berangkat dari desa pakuwone masuk ke dalam kota Surakarta ,jalan yang di lalui melewati makam Gabudan yang terkenal angker,setelah itu perlahan lahan masuk di kampong Gajahan, ke utara terus sampai melewati sungai larangan, mereka melewati jalan itu untuk menuju Toko Obral di perempatan Singosaren, Toko besar yang memihak belanda itu akan di rusak karena sudah menolak uang RI, pemilik Toko itu hanya mau menerima uang federal dan itu berarti memaksa warga Solo memihak Pemerintah Federal
Setelah tiba di Kali Larangan yang terletak di selatan Toko Obral, tiba tiba ada jip patroli Belanda yang lewat di perempatan Singasaren, untung saja Jip Belanda itu tidak berhenti dan berarti patroli selanjutnya masih agak lama tiba.
Kemudian Bom tarik buru buru di pasang di dekat pintu toko, talinya di ulur agak jauh,dan para prajurit lari menjauh dan mencari perlindungan agar tidak terkena bom tersebut,setelah itu tali bom di tarik tapi tidak meledak,karena talinya lepas dari sumbu,karena memakan waktu lama untuk memasang kembali,selanjutnya pintu toko gedhe itu di rusak dan di jebol, para gerilyawan masuk dan merusak isi dari toko tersebut.
Toko Eng Boo yang berada di Secayudan juga di rusak oleh prajurit prajurt TP dari Rayon II yang di pimpin Komandan Rayon Sumarto, atap toko itu ambruk dan barang barang didalamnya pun rusak berantakan, ada beberapa stel baju biru dan putih yang tidak rusak kemudian di bagikan kepada penduduk desa Nawut, para petani pun senang dan baju baru itupun dijahit dan di pakai oleh warga desa.
Tidak disangka petani petani yang pergi ke kota untuk menjual dagangannya kemudian ditangkap Belanda, karena mereka memakai baju baru biru dan putih yang di rampas oleh TP yang berasal dari Toko Eng Boo, ternyata Belanda mencatat barang yang hilang dari toko Eng Boo, keesokan harinya Desa Nawut di kepung oleh tentara Belanda, terjadi perang sehari penuh, Tentara Pelajar yang pintar bergerilya itupun berhasil menerobos dan melarikan diri dari kepungan musuh yang terus menembaki dengan senjata modern.
Sehari sebelumnya,anggota regu Sahir yang paling kecil yang bernama Supeno, menerima perintah untuk mencari informasi toko mana saja yang menolak uang resmi Republik Indonesia,sampai di pasar Legi dia masuk toko Driehoek, pura pura membeli barang, kemudian dia membayar,tapi penjaga toko itu menolak uang Republik, dan Supeno dalam hatinya marah dan bertekat untuk menghancurkan toko itu.
Regu Gondo yang terkenal dengan nama Regu Condromowo berangkat dari desa Pandean waktu malam dan berangkat menuju Pasar Legi,setelah waktu malam waktu yang di gunakan untuk masuk kota seperti yang di harapkam setelah pukul 01.00,tetapi baru pukul 23.00, sudah di cegat tentara Belanda yang cukup banyak, Regu TP kemudian lari menuju Purbayan, bertujuan untuk menyerang pos jaga musuh, Regu Condromowo lari menuju jembatan arifin, tidak lama pos jaga musuh itupun di tembaki peluru untuk memancing keluar pasukan Belanda supaya keluar, tapi tetap bersembunyi dalam markas .
Regu Gondo segera berangkat menuju Pasar Legi, beberapa Tentara Pelajar sudah mulai membakar Toko Drie hoek, Gondo dan pasukannya pun ikut membakar dan merusak toko tersebut,serangan menuju Pasar Legi dan sekitarnya itu di pimpin oleh Prakoso, Komandan Rayon III, jalan besar di Banjarsari gelap gulita karena bulan sudah tidak kelihatan. Regu Torry Subiantoro tanpa perintah menyerang pos pos musuh di situ,Villa Gantiwarno yang sebelum Belanda menduduki kota Surakarta menjadi asramanya Regu Torry, dengan perlahan lahan dan tiarap Torry dan Sunarso nekat menyerang Villa,sampai disana,terlihat di dalam villa ada 2 pasukan Belanda yang menyalakan lilin,2 gerilyawan itu kemudian menembaki pasukan tersebut dan meleset, kedua pasukan itu lari masuk kedalam villa kembali.Tanpa disangka, ada pasukan jaga yang mendengar tembakan itu kaget dan lari kedalam villa,Torry dan Sunarno menembaki tetapi meleset.
Serangan Umum Tentara Pelajar itu ternyata sanggup menaikkan semangat rakyat Kota Surakarta, keesokan harinya kabar kalau pasukan gerilya Tentara Pelajar menembaki markas musuh dan gudang peluru Belanda, menyebar menjadi pembicaran yang hangat, selain itu mata mata belanda yang tertangkap oleh penduduk kemudian di beri hukuman dan diadili menurut hukum militer, walaupun belanda kerepotan dalam berperang dan patrolipun hanya berani waktu siang, tetapi serangan ke desa desa waktu pagi sering terjadi, Kampung yang berada di Singosaren dll, di kira menjadi markas TP
Jadi dalam cerita tersebut, pahlawan kita sudah memberikan nilai nilai yang bermanfaat bagi para pelajar di Indonesia, bahwa kita tidak boleh terpengaruhi oleh hal hal yang berasal dari luar negeri kita. Dan kita sebagai pelajar juga tidak boleh bodoh karena terpengaruh hal negatif dari negara lain dan belajar dengan giat, agar kita bisa menjadi penerus bangsa bagi Indonesia.

No comments:

Post a Comment