Tuesday, February 23, 2016

Perlawanan Terhadap Agresi Militer Belanda I (Elza Jemima)

Elza Jemima
9G/8

PERLAWANAN TERHADAP AGRESI MILITER BELANDA I 

Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Penyebab utamanya adalah keinginan Belanda untuk berkuasa kembali di Indonesia. Peristiwa ini direncanakan oleh Gubernur Jenderal HJ Van Mook. Untuk mencapai tujuan tersebut Belanda melanggar perjanjian Linggarjati, bahkan merobek kertas perjanjian tersebut. Salah satu isi Perjanjian Linggarjati berbunyi ”Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra”. Tetapi, untuk berkuasanya kembali Belanda atas Indonesia, Belanda melunjurkan serangan yang sasarannya adalah mengepung ibu kota dan penghapusan de facto RI, menguasai daerah beras di Jawa Barat dan Jawa Timur serta daerah perkebunan di Sumatra dan yang terakhir menghancurkan TNI (Tentara Nasional Indonesia).
Lalu, pada tanggal 15 Juni 1947, Belanda mengeluarkan nota berupa ultimatum untuk menghentikan permusuhan yang harus dijawab oleh pemerintah Indonesia dalam waktu 32 Jam. Namun hal tersebut ditolak oleh pemerintah. Karena hal itulah pada 21 Juni 1947 Belanda meluncurkan serangan keseluruh wilayah Indonesia, yang disebut dengan Agresi Militer Belanda 1.
Belanda meluncurkan aksi militer pertama ke daerah-daerah Republik Indonesia di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Serangan dari Belanda tersebut merupakan serangan yang tiba-tiba. Pasukan Belanda memiliki senjata perang yang lebih lengkap dan modern dari pasukan Indonesia. Hal tersebut membuat TNI menjadi terpencar-pencar karena ketidaksiapan unutuk melawan. Dalam keadaan mendadak, TNI membetuk daerah-daereah pertahanan baru. Pasukan TNI akhirnya menggunakan taktik geriliya untuk melawan serangan tersebut. Taktik ini membuat ruang gerak pasukan Belanda dipersempit. Awalnya, pasukan Belanda menyerang seluruh wilayah Indonesia. Tetapi, karena menggunakan taktik tersebut pasukan Belanda hanya bisa menyerang jalan raya dan kota-kota besar, sedangkan luar kota-kota besar dan jalan raya kekuasaan dimiliki oleh TNI.
Perjuangan bangsa Indonesia dalam perlawanan terhadap Belanda ini, mendapat simpati dunia internasional.  Palang Merah Malaya (Malaysia) membantu obat-obatan yang diangkut dengan pesawat Dakota VT-CLA.  India membantu obat-obatan dan melatihan penerbangan Indonesia. Dari Australia dan India, kedua negara tersebut mendesak Dewan Keamanan PBB untuk membahas persoalan Indonesia ini. Pada 1 Agustus 1947 PBB memerintah penghentian permusuhan antar kedua pihak tersebut, dengan diberlakukannya gencatan senjata.
Untuk mengawasi gencatan senjata tersebut, PBB membentuk suatu komisi yang disebut Komisi Konsuler PBB. Komisi tersebut beranggotakan Cina, Belgia, Prancis, Inggris, dan Australia. Diketuai oleh Dr. Walter Foote dari Amerika Serikat. Pada 4 Agustus 1947, Belanda masih melakukan gerakan-gerakan militer. Pada 11 Agustus 1947 Utusan RI di PBB, Agus Salim dan kawan-kawannya melaporkan tindakan tersebut. Pada 25 Agustus 1947 dibentuk komisi yang menjadi penengah dalam perlawanan ini. Komite ini disebut dengan Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN). Komite ini beranggotakan 3 negara. Australia diwakili Richard Kirby atas pilihan Indonesia, Belgian diwakili Paul Van Zeeland atas pilihan Belanda, dan yang terakhir Amerika Serikat diwakili Frank Graham atas pilihan Australia dan Belgia.
Peristiwa ini tentu berdampak bagi negara Indonesia. Dampak yang terjadi pada bidang perekonomian adalah Belanda sempat menguasai beberapa perkebunan luas di Indonesia. Seperti perkebunan di Sumatra, Palembang, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Lalu dampak lainnya adalah ketidakstabilan pada politik dan pemerintahan Indonesia.
Dari peristiwa ini, kita dapat mengambil nilai-nilai penting. Salah satu nya adalah nilai mempertahankan kemerdekaan. Bahwa sebagai warga negara Indonesia yang hidup setelah masa perjuangan mencapai kemerdekaan, seharusnya kita terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan agar bangsa Indonesia tidak diambil alih oleh negara lain lagi. Sebagai pelajar, kita bisa memulainya dengan belajar rajin dan tekun. Lalu kita dapat mengambil nilai rela berkorban, yaitu ketika para pejuang seperti TNI rela mati dan berkorban untuk memperjuangkan kemerdekaan.

No comments:

Post a Comment